Asimilasi Magma adalah proses meleburnya batuan samping (migling) akibat naiknya magma ke arah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam. Apabila magma asalnya bersifat asam sedangkan batuan sampingnya bersifat basa, maka batuan yang terbentuk umumnya dicirikan oleh adanya Xenolite (Xenolite adalah fragment batuan yang bersifat basa yang terdapat dalam batuan asam). Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, intermediate, dan asam dapat juga terjadi apabila magma asal (magma basa) mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya.
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya (plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga gelas.
2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.
3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.
4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.
5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.
2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.
3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.
4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.
5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi.
PEMERIAN BATUAN BEKU
GABBRO, DOLERIT, DAN BASALT
Batuan beku basa ini mengandung mineral vero, magnesia, sehingga berwarna hitam atau gelap; dijumpai sebagai material kontruksi yang mempunyai nilai ekonomi sebagai material jalan dan bahan bangunan, berat jenis antara 2.9-3.2 . berdasar tingkat kekentalan magma basa pembentuknya, basalt terbentuk oleh kristal yang halus, dan berangsur makin kasar menjadi dolerit dan menjadi gabbro bila kristalnya kasar. Ragam basalt tak jenuh adalah gabbro olivin, dolerit olivin, basalt olivin, dan variasi felspatoid
PIKRIT DAN PERIDOTIT
Batuan ini mengandung mineral mafic dengan sedikit felspar atau tak ada felspar. Berkristal kasar , kolokristalin kebanyakan warna gelap. Berat jenis tinggi antara 3-3.3. sebagaimana dikenal sebagai batuan beku ultrabasa. Kandungan kwarsa 40% atau kurang, dan disebut batuan tak jenuh.
Batuan ultrabasa dijumpai sebagai singkapan sangat sedikit, kadang terbentuk di bagian bawah batuan intrusi basa, ketika mineral berat yang terbentuk tenggelam pada magma basa sebelum membeku menghasilkan lapisan massa batuan ultrabasa
Bila situasi batuan ultrabasa serpentinit yang terbentuk dari sumber yang dalam, menembus ke atas melalui zona sesar membentuk masa batuan yang bersosiasi dengan sesar, seperti disesar Alpin Besar di New Zealand.
DIORIT, PORPIRIT DAN ANDESIT
Batuan beku menengah ini disebut batuan jenuh karena kandungan kwarsa kecil, namun dengan bertambahnya kandungan kwarsa dan timbulnya ortoplas berubah menjadi batuan beku asam : jadi diorit-diorit kwarsa – granodiorit – granit. Dipakai sebagai batuan pondasi dasar dan bangunan tembok. Ataupun material agregate beton.
Porpirit variasi dari diorit atau andesit dengan teksturnya yang khas porpiritik. Sedang andesit mempunyai tekstur yang halus ( afanitik ) dan dijumpai sebagai tumbuh lava yang banyak terdapat di Jawa di sekitar gunung api masa kini ataupun di jaman tertier.
Sebagai material bahan bangunan banyak dipakai sebagai jalan raya, agregate batu candi, rip rap, ataupun sebagai ornamen bila diperoleh sebagai hasil pecahan lempeng.
GRANIT DAN GRANODIORIT
Batuan jenis asam ini berwarna terang, merupakan batuan kasar karena membeku di dalam bumi secara perlahan sebagai sebagai tubuh batuan plutonik atau intrusi mayor. Juga diebut batuan lewat jenuh.
Sebagian batholit merupakan inti dari pegunungan lipatan dan paling banyak dijumpai di muka bumidari jenis plutonik.
Granit merupakan batuan utama sebagai bahan stuktur bangunan karena mempunyai kekerasan tinggi sangat kuat, kenampakan bagus, sangat tahan terhadap pelapukan.
Kekuatan terhadap penghancur berkisar 20.000-35.000 lbs/inc2 dan sangat bagus sebagai campuran agregat beton. Berat jenis granit = 2.67 dan granodiorit = 2.72 .
Nama dagang granit dipakai untuk semua batuan yang secara geologi sebetulnay bukan termasuk granit : seperti diorit dan genes.
PORPIRI KWARSA DAN LAVA ASAM
PORPIRI KWARSA
Ini serupa granit dalam bentuk dyke dengan kandungan mineral, namun tekstur porpiritik dengan kristal fenokris adalah kwarsa dan ortoklas pada masa dasar mikrokristalin felspar dan kwarsa kristal kecil dari mika sering ada. Dyke dan sill dari porpiri kwarsa sering dijumpai di daerah granit. Bila kristal fenokris tiada batuan disebut felsit.
Lava asam yang juga adalah rhyolit dan dasit, dijumpai dalam jumlah terbatas dan dibanding batuan beku basa lebih sedikit jumlahnya.
RHYOLIT
Jenis lava asam yang dicirikan struktur aliran, dan disebut obsidian bila terdiri dari gelas berwarna gelap dengan pecahan konkoidal.
Tekstur dapat gelas atau porpiritik atau kriptokristalin, fenokris dapat berupa kwarsa atau ortoklas.
Dasit jenis lava asam yang komposisinya sama dengan granodiorit, dan dibedakan dengan rhyolit dengan adanya plagioklas pada andesit, dan dibeakan dengan adanya kristal kwarsa.
Pumis, merupakan jenis lava yang meninggalkan lubang gas yang sangat rapat sehingga dapat terapung karena sangat ringan (batu apung). Komposisi pumis dapat seperti rhyolit atau lebih basa. Dipakai sebagai bahan bangunan beton ringan untuk dinding penyekat tahan atau kedap suara.
Ini adalah batuan plutonik yang disendirikan karena tak seperti keluarga plutonik asam, mengandung alkali yang lebih tinggi pada kadar silika yang sama seperti pada granudiorit. Dengan kadar felspar alkali yang jumlahnya besar dan terkadang adanya felspatoid, syenit merupakan batuan beku yang berbeda dibading kelompok beku lainnya. Dengan munculnya kwasa syenit berubah menjadi syenit kwarsa atau grenit alkali (variasi grenit) sedang dengan munculnya plagioklas, serta mineral mafican berkurangnya ortoklas berangsur menjadi gabbro alkali.
Batuan syenit tak melimpah seperti grenit, secara lokal jumlah banyak dipakai untuk material konstruksi. Jenis syenit yang tak jenuh seperti syenit nephelin yang sangat menarik karena variasinya, terutama untuk ahi petrologi namun disini dibatasi pembahasannya.
Jenis syenit porpiri(felspar, porpiri, tanpa kwarsa) adalah syenit yang terbentuk sebagai dyke, dan sebagai bentuk ekstrusif adalah trachyt
PENAMAAN BATUAN BEKU
Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi mineral-mineral utama (ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan apabila dalam penentuan komposisi mineralnya sulit ditentukan secara pasti, maka analisis kimia dapat dilakukan untuk memastikan komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi batuan beku disini
adalah semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan diatas (volkanik, plutonik, extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini mungkin terbentuk oleh proses magmatik, metamorfosa, atau kristalisasi metasomatism.
Penamaan batuan beku didasarkan atas Tekstur Batuan dan Komposisi Mineral. Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat kristalisasinya. Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis (gambar bsamping), yaitu Aphanitics (bertekstur halus), Porphyritics (bertekstur halus dan kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar). Pada batuan beku kita mengenal derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya terdiri dari mineral amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri dari kristal), dan hypocrystalline (sebagian teridiri dari amorf dan sebagian kristal). Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku dikenal dengan bentuk mineral: Anhedral, Euhedral, dan Glass/amorf.
Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (Rock forming Mineral) dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih mineral. Komposisi mineral dalam batuan beku dapat terdiri dari mineral primer (mineral yang terbentuk pada saat pembentukan batuan / bersamaan pembekuan magma) dan mineral sekunder (mineral yang terbentuk setelah pembentukan batuan).
Dalam Tabel berikut diperlihatkan jenis batuan beku Intrusif dan batuan beku Ekstrusif dan batuan Ultramafik beserta komposisi mineral utama dan mineral sedikit yang menyusun pada setiap jenis batuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar